Notification

×

Iklan

Tag Terpopuler

Acara Puncak Adat Budaya Ceprotan Desa Sekar Pacitan Digelar Meriah

Senin, 29 Mei 2023 | Mei 29, 2023 WIB Last Updated 2023-05-30T01:34:50Z

Kabar-Indonesia.com | Pacitan - Warga Desa Sekar Kecamatan Donorojo Pacitan mengelar tradisi turun temurun dari para leluhur di daerah tersebut, Adat tradisi yang di laksanakan setiap hari Senin Kliwon pada pasaran jawa di bulan longkang itu adalah upacara adat Ceprotan.

Prosesi adat yang menjadi agenda tahunan itu di gelar meriah oleh warga, yang awalnya hanya di gelar secara sederhana kini Ceprotan menjadi daya tarik tersendiri sebagai salah satu wisata religi bagi warga lokal dan wisatawan serta mampu mengangkat perekonomian masyarakat. 

"Kalau saya amati Ceprotan ini tidak berhenti pada tradisinya, tapi juga berkembang ke perekonomian,"ucap Bupati Pacitan Indrata Nur Bayuaji, saat menyaksikan upacara adat Ceprotan, Senin (29/05/2023) sore.

Dengan budaya lokal yang di miliki bisa membangkitkan perekonomian masyarakat paska pandemi, Adanya even seperti ini bisa mendongkrak ekonomi warga, Hal itu terlihat dengan banyaknya UMKM dan pelaku usaha yang datang pada acara tersebut. Apa pagi gelaran pentas budaya di laksanakan selama 3 hari.


"Tradisi ini sangat luar biasa, ini tradisi yang sudah lama berlangsung. Saya sangat mengapresiasi betul atas istoqomahnya perangkat desa dan masyarakat,"ungkap Bupati.

Ia berharap Ceprotan bisa semakin terkenal lagi sehingga bisa semakin menasional. Tradisi Ceprotan sendiri telah menjadi agenda tahunan. Upacara adat Ceprotan menampilkan dua kelompok pemuda yang saling lempar buah kelapa muda jenis cengkir yang telah direndam selama beberapa hari. 

Tradisi Ceprotan sudah ada turun temurun terutama menyangkut tokoh Kaki Godhek orang pertama yang babat alas Desa Sekar.

Sejarah Singkat Ceprotan

Ceprotan lahir dari pertemuan antara Panji Asmara Bangun yang menyamar sebagai Ki Godeg dengan Galuh Candra Kirana yang menyamar sebagai Dewi Sekartaji. Menurut kepercayaan masyarakat Donorojo, Ki Godeg adalah orang pertama yang membuka hutan belantara wilayah tersebut.

Saat membuka hutan, datanglah dua wanita yang sebenarnya adalah Dewi Sukonadi dan Dewi Sekartaji. Dewi Sekartaji merasa kehausan dan ingin minum air kelapa. Meski tidak ada pohon kelapa di wilayah tersebut, Ki Godeg menyanggupi untuk mencarinya.


Dengan kesaktiannya Ki Godeg masuk ke dalam tanah dan mencari pohon kelapa di wilayah lain. Tempat dimana Ki Godeg masuk ke dalam tanah berubah menjadi sumber mata air. Dia keluar dari tanah yang juga menjadi mata air di daerah Wirati, Kecamatan Kalak. Mata air tersebut dinamakan Kedung Timo.

Setelah mendapatkan kelapa muda, dia kembali menemui Sekartaji. Sisa dari air kelapa muda yang tidak habis diminum oleh Dewi Sekartaji ditumpahkannya di tempat dewi berdiri dan menjadi sumber air yang hingga sekarang dikenal sebagai Sumber Sekar.

Dewi Sekartaji kemudian berpesan pada Ki Godeg, jika kelak tempat tersebut menjadi pemukiman agar dinamai Desa Sekar. Untuk pemuda yang ingin ngalap berkah untuk mencari sandang pangan, disuruhnya menggunakan cengkir atau kelapa muda. Cengkir menggambarkan kencenging pikir atau kekuatan pikiran.(tyo)
×
Berita Terbaru Update